Satu Abad KH. Wahid Hasyim : Mengenang Jasanya Bagi Umat dan Bangsa

Kementerian Agama RI beberapa waktu lalu menggelar peringatan Satu Abad KH Wahid Hasyim. Untuk mengenang kembali jasa Wahid Hasyim, pahlawan nasional, Mantan Menteri Agama yang menjabat pada dekade awal kemerdekaan, dan juga sebagai salah seorang anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tokoh Muda pada masanya (Wahid Hasyim meninggal di usia relatif muda, 38 tahun. Ia meninggal dalam kecelakaan mobil ketika perjalanan dinas kenegaraan antara Bandung-Ciamis pada 19 April 1953). Tulisan dibawah ini kami sampaikan untuk mengenang jasa beliau agar bisa terwariskan nilai-nilainya. Tulisan ini kami coppykan dari tulisan Fikrul Umam (Aktifis Muda NU, tinggal di Yogyakarta):

 

SEJARAH (KH. Wahid Hasyim) DAN KEBERHASILAN DALAM MENGEJAWANTAHKAN NU DALAM NEGARA DAN BANGSA

Oleh : Fikrul Umam MS (Aktifis Muda NU Tinggal di Yogya)
 
KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra kelima dari Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara yang lahir pada hari Jum’at, 1 Juni 1914 M, ketika dirumahnya sedang ramai dengan pengajian. Wahid Hasyim adalah salah seorang dari silsilah yang bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Islam Demak.

Sejak kecil Wahid Hasyim diperkenalkan dengan pengetahuan agama Islam dan dibebaskan untuk mempelajari pengetahuan umum. Tidak soal baginya bagaimana mendapatkan buku bahan bacaan walaupun kondisi ekonomi tergolong mampu, sehingga Wahid Hasyim tumbuh dan berkembang. Wahid Hasyim kecil memiliki otak yang cerdas, ia sudah pandai membaca Al-Qur’an dan malah sudah khatam ketika berusia tujuh tahun.

Pada bulan April 1934, sepulang dari Makkah, Wahid Hasyim banyak diminta kawan-kawannya agar aktif di perhimpunan atau organisasi yang dipimpinnya. Tawaran juga dating dari Nahdlatul Ulama. Pada tahun-tahun itu di tanah air banyak berkembang kaum nasionlais maupun keagamaan. Apa yang terjadi pada pergulatan panjang pemikiran Wahid Hasyim tidak begitu cepat menentukan alur organisasi. Kemungkinan pertama, ia menerima tawaran dan masuk ke dalam salah satu perkumpulan atau partai yang ada. Kemungkinan kedua, mendirikan perhimpunan atau partai sendiri.

Selama empat tahun, Wahid Hasyim menimbang-nimbang berbagai tawaran, akhirnya diplihlah Nahdlatul Ulama tepatnya pada tahun 1938 ia menyatakan menerima tawaran untuk aktif di NU. “Nahdlatul Ulama merupakan perhimpunan orang-orang tua yang geraknya lambat, tidak terasa dan tidak revolusioner.” Namun dimata Wahid Hasyim memiliki nilai lebih disbanding perhimpunan atau organisasi lain. Selama lebih satu dasawarsa NU mengembangkan sayapnya dan baru memiliki 20 cabang dan itu tempatnya berdekatan.

Selama empat tahun Wahid Hasyim mengembangkan pemikiran kritisnya terhadap eksistensi berbagai perhimpunan yang ada atau partai yang ada. Setelah itu, ia memilih NU, karena Nu lebih memberikan keyakinan yang kuat bahwa NU akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kebangkitan umat Islam di Indonesia. Buku yang sangat menarik memberikan beragam informasi tentang tokoh-tokoh NU diantaranya; KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Musthofa, KH. Raden Asnawi Kudus, KH. Ali Maksum dll.

Pada tanggal 20 Desember 1949, KH. A. Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Hatta. Dalam Kabinet pertama yang dibentuk Presiden Soekarno, Wahid Hasyim ditunjuk sebagai Menteri Negara. Dalam Kabinet Sjahrir pada tahun 1946, setelah terjadinya penyerahan kedaulatan dan berdirinya RIS dan dalam Kabinet Hatta ia menjadi Menteri Agama.


Pada tahun 1952, Wahid Hasyim memprakarsai berdirinya Liga Muslim Indonesia, suatu badab federasi yang anggotanya terdiri dari atas wakil-wakil NU, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Darul Dakwah al-Irsyad. Susunan pengurusnya adalah KH. A. Wahid Hasyim sebagai ketua, Abikusno Cokrosuyoso sebagai wakil ketua I, dan H. Sirojuddin Abbas sebagai wakil ketua II.

Kelebihan lain Wahid Hasyim adalah senang menulis. Tulisannya tersebar dalam bentuk pidato-pidato resmi, ceramah-ceramah keagamaan dan artikel-artikel di berbagai media massa. Karya-karya tulisannya antara lain; Nabi Muhammad dan persaudaraan Manusia, Berimanlah dengan Sungguh dan Ingatlah Kesabaran Tuhan, Kebangkitan Dunia Islam, Kedudukan Ulama dalam Masyarakat Islam di Indonesia, dan Islam antara Materialisme dan Mistik.

Meskipun dikenal sebagai pemimpin nasional, Wahid Hasyim memiliki sikap Tawadhu’ kepada para Ulama terutama pada Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari.

Sumber : http://fikryfoundation.wordpress.com

----------------

Komentar

Postingan Populer