Mari Belajar Kokoh dari Ustadzah Yoyoh Yusroh

MARI BELAJAR KOKOH DARI USTADZAH YOYOH YUSROH
Sabtu 21 Mei 2011 bertepatan dengan 18 Jumadits Tsani, kita kehilangan seorang mujahidah dakwah, ustadzah, muballighoh, bunda yang penuh kesabaran : Yoyoh Yusroh. Masyarakat banyak  mengenalnya sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi PKS yang sangat gigih memperjuangkan RUU pornografi. Usulan cerdas beliau tentang kemungkinan tentara TNI wanita berjilbab juga menarik banyak pihak untuk mencermati langkah beliau. Keterlibatannya di kerja dewan sejak tahun 1999 tidak menyurutkan langkahnya dalam dakwah dan tarbiyah di tengah masyarakat. Taujihat dan ceramahnya senantiasa dinanti setiap kader dakwah khususnya akhwat muslimat. Panggilan Bunda yang dialamatkan kepada beliau menunjukan penghargaan dan arti khusus diri beliau di hati setiap akhwat kader dakwah. Beliau kini telah meninggal, namun catatan kebaikan telah banyak ditorehkan, saatnya bagi kita untuk meneladani dan melanjutkan perjuangannya.

Setiap kematian meninggalkan pesan, pesan untuk mengingat betapa dekatnya kita dengan alam barzah. Pesan untuk mengingat dan menyebut kebaikan yang meninggal agar ada langkah yang nyata dalam mengikuti kebaikan-kebaikan yang ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kamu menghadiri orang yang sakit atau orang yang meninggal, maka katakanlah yang baik, maka sesungguhnya malaikat mengaminkan (membaca amin) atas apa yang kamu katakan.” (HR. Muslim)


Dalam riwayat lain dari al-Bukhari, bahwasanya satu jenazah dibawa melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat radiyallahu ‘anhum, lalu mereka menyebutkan kebaikan-kebaikan orang tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wajib”. Lalu lewat lagi satu jenazah yang lain, lalu mereka menyebutkan kejahatan kejahatannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, “Wajib”. Maka Umar bin Khatab radiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah gerangan yang wajib?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ini yang kamu sebutkan atasnya kebaikan, maka wajiblah baginya surga; dan ini yang kamu sebutkan atasnya kejahatan, maka wajiblah baginya neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.” (HR. al-Bukhari).


Air mata akan segera mengering, gundukan tanah akan segera membatu, kesedihan akan segera ditumpuki dengan agenda kesibukan lainnya, maka marilah sejenak kita mengenang kebaikan beliau, kebaikan dan hanya kebaikanlah yang layak untuk dikenang dari setiap insan. Mari belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh


Pertama : Teladan Fisik yang Kuat dan Komitmen dalam menjaga kesehatan

Aktifitas dakwah membutuhkan energi yang luar biasa. Ini yang disadari oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, maka beliau punya komitmen yang sangat tinggi dalam menjaga kesehatan, dan juga mengingatkan kader dakwah yang lain agar peduli kesehatan. Afifah Afra menuliskan kenangannya bersama ustadzah Yoyoh Yusroh dalam suatu kesempatan memberikan tausiah di depan para muslimah Semarang. Beliau sangat menganjurkan para muslimah untuk menjaga kesehatan. Menekankan untuk mengonsumsi banyak sayur dan buah-buahan, serta meninggalkan segala jenis makanan instan yang berpengawet. Lebih tegas ustadzah Yoyoh Yusroh menjelaskan : "Rahim seorang wanita harus dipersiapkan untuk menghasilkan generasi yang terbaik. Jadi, makanlah hanya sesuatu yang halal dan toyib." .  Komitmen beliau yang tinggi ini pun bisa dengan mudah dibuktikan di depan mata. Melahirkan 13 putra dan putri tentu dibutuhkan penjagaan fisik yang luar biasa, belum ditambahi aktifitas dakwah dan kegiatan yang sangat padat. Beliau mampu melewati hari-hari sibuknya dengan stamina yang kuat. Saat ditanya seorang akhwat tentang resep fitnya, beliau mengingatkan untuk jangan lupa mengonsumsi habbatus sauda dan madu.

Kedua : Kesabaran luar Biasa
Melahirkan, merawat dan membesarkan 13 orang anak adalah hal luar biasa yang mutlak membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Betapa banyak kader dakwah yang hari ini mengumbar keluhkesah dan berteriak kerepotan, sementara mereka baru dikarunia satu dua anak, dengan amanah dakwah yang tak seberapa. Kegiatan beliau yang begitu padat tentulah membutuhkan kesabaran luar biasa. Dalam kehidupan rumah tangga beliau adalah contoh kesabaran seorang ummahat, karena beliau seringkali diminta –terkadang bersama suaminya- untuk mengisi talkshow dan seminar  dengan teman keluarga islami. Beliau berpesan  tentang kunci sukses membina rumah tangga : “"Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada.  Laki dan wanita punya keistimewaan.”. Banyak lagi pesan dan petuah beliau tentang rumah tangga, yang sungguh telah dibuktikan sejak awal dalam kesabaran beliau mengarungi rumah tangga. Sekali lagi, dengan 13 orang anak !

Ketiga : Aktif Bergerak Ustadzah Yoyoh Yusroh –tidak dipungkiri lagi- juga menjadi teladan akhwat muslimah dalam kiprah bagi dakwah dan masyarakat. Amanah beliau yang begitu banyak senantiasa beliau tuntaskan dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya dalam konteks internal partai atau dalam negeri, namun juga tampil aktif dalam organisasi internasional bahkan perjuangan internasional membela Palestina. Beliau memimpin rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP), dan melalui perjuangan berat akhirnya mampu menembus Gaza dengan dikawal barisan panser tentara Mesir. Kiprah beliau yang sangat padat bisa dilihat dari rentetan tugas  dan penghargaan yang beliau dapat. Selain di DPR beliau juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (Tahun 2005-2010), bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Lansia.  Tak hanya itu, sejumlah tanda jasa pun pernah diterimanya, seperti International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003, dan Mubaligh National dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Sebuah gambaran sekaligus teladan, seorang ummahat yang sukses meramu antara ranah domestik dengan pengabdian kemasyarakatan.


Keempat : Ruhiyah Tinggi

Aktifitas dakwah dan kemasyarakatan yang begitu padat akan sangat melelahkan tanpa siraman ruhiyah yang teratur dan pada porsi yang istimewa. Ustadzah Yoyoh Yusroh tahu dan meyakini dengan pasti hal tersebut. Karenanya beliau senantiasa menghiasi hari-hari padat aktifitasnya dengan charger ruhiyah yang terus dijaga dan ditingkatkan. Tilawah dan mengulang hafalan Quran adalah rutinitas harian yang tak terlewatkan. Salim A Fillah pernah mendapati beliau bersama suami tengah asyik mengulang hafalan berdua, bergantian menyimak dan membenarkan. Secara khusus, beliau senantiasa menyelesaikan tilawah tiga juz setiap harinya. Tentu sebuah capaian yang luar biasa, yang barangkali tak terbayangkan dalam benak banyak kader yang selalu gagal menyelesaikan satu juz tilawah karena alasan kesibukan. Ketika ditanya bagaimana mungkin menyempatkan diri untuk tilawah sebanyak itu dalam setiap harinya, ustadzah Yoyoh Yusroh menjawab dengan yakin dan mantap : "Justru karena sibuk & banyak hadapi aneka persoalan serta begitu beragam manusia, maka harus memperbanyak Al Quran". Subhanallah
 
Kelima : Penyayang dan Peduli

Banyak akhwat yang terkesan dengan kesederhanaan dan ketawadhukan beliau, dan lebih dari itu kedekatan personal dan ukhuwah yang dibuktikan dengan langkah nyata. Panggilan bunda dan ummi menandakan tempat khusus di hati para akhwat. Seorang akhwat muda begitu terkesan saat dalam sebuah pertemuan kedua dengan beliau, ustadzah Yoyoh Yusroh masih mengingat betul nama dan asalnya, serta menanyakan tentang kegiatan dan aktifitas terbarunya.  Hal ini jelas menunjukkan kepedulian dan kasih sayang beliau yang tulus kepada para akhwat, tanpa pamrih, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

Akhirnya, tentulah masih banyak teladan kebaikan yang telah ditorehkan oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, coretan singkat ini tak akan pernah mampu mewakili kebaikan dan keteladanan dari sosok daiyah dan mujahidah ini. Sekali lagi marilah belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh. Mari belajar memuhasabahi diri atas langkah yang amal yang telah kita torehkan setiap hari.


Beberapa hari sebelum meninggal, beliau menuliskan SMS berisikan kegelisahan dan muhasabah hatinya kepada seorang akhwat: “ Ya robb, aku sedang memikirkan posisiku kelak diakhirat. Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita khodijah al kubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafsah binti Umar  yang di bela oleh Alloh saat akan dicerai karena showwamah (rajin puasa-red) dan qowwamahnyaI (rajin tahajud-red) ? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500 an hadits, sedang aku....ehm 500 juga belum...atau dengan Ummu Sulaim yang shobiroh (penyabar) atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad... atau dengan siapa ya. Ya Alloh, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka...sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dgn mereka di taman firdausMu :

Hatta Syamsuddin
Sumber : http://www.islamedia.web.id  
Berikut Dokumentasi Ustadzah Yoyoh Yusroh :



Selamat Jalan Ustazah (Foto-foto Pemakaman Yoyoh Yusroh)

Sumber : http://www.eramuslim.com


Ketika kami sedang serius rapat dengan teman-teman di Yayasan setiap Sabtu ba’da Subuh, tiba-tiba telpon bergetar. Ternyata, istri saya yang nelpon mengabarkan Ustadzah Yoyoh Yusroh wafat karena kecelakaan di daerah Cirebon pada Sabtu (21/5) dinihari pukul 03.30 waktu setempat. Belum hilang rasa tak percaya mendengar kabar tersebut, tiba-tiba masuk beberapa pesan singkat yang mengabarkan hal serupa. “Assalamu’alaikum…Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un, telah berpulang ke rahmatullah ustadzah Yoyoh Yusroh hari ini (Sabtu, red) pukul 03.30 di RS Mitra Keluarga Plumbon, Cirebon. Karena kecelakaan di tol Palikanci dalam perjalanan Jogja-Jakarta. Mohon do’anya juga bagi ustadz Budi Darmawan, Ayyasy, Umar, Bunyamin, Hanafi dan Sholah yang juga dirawat di RS Mitra Keluarga Plumbon Cirebon. Beliau adalah dewan Pembina JISC”, begitu pesan singkat yang tertulis di hp saya”. Lalu saya bacakan berita tersebut di forum rapat itu. Kamipun semua tersentak seperti tidak percaya.



Usai rapat saya pun langsung bergegas pulang untuk mengambil perlengkapan “perang”saya menuju rumah duka di Komplek Perumahan DPR RI di Kalibata untuk mengabadikan peristiwa tersebut. Ternyata di Kalibata sudah dipadati para pelayat yang umumnya kader Partai Keadilan Sejahtera yang sudah menunggu jenazah aktivis dakwah da’iah ini. Diantara mereka hadir pula Menteri Agama RI Suryadharma Ali, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dan Menteri Riset dan Teknologi Suharna serta mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adiyaksa Dault. Tak lupa tokoh sentral PKS yaitu Hilmi Aminuddin. Ketua Majelis Syuro, dan Anis Matta beserta para anggota dewan dari fraksi PKS. Mereka berbaur denga jama’ah yang memadati masjid Komplek DPR dengan raut muka kesedihan, merasa kehilangan seorang kader dakwahnya.



Menjelang dzuhur, usai dimandikan dan dikafani, jenazah pun diusung dari rumah duka ke dalam masjid untuk disholati oleh para kader PKS dan pelayat lainnya yang sudah menunggu sejak pagi. Sholat dilakukan dalam 2 kloter, karena tempat yang tidak sanggup menampung jama’ah yang membludak, yang berdatangan dari berbagai penjuru Jabodetabek.
Sebelum jenazah dibawa ke mobil ada acara sambutan dari keluarga yang disampaikan oleh petinggi PKS, Hilmi Aminuddin dan wakil dari DPR yang disampaikan Wakil Ketua DPR RI, Anis Matta. “Almarhumah adalah kader terbaik jama’ah PKS yang telah menunaikan tugas dakwahnya seperti ayat yang tadi saya bacakan (QS. Al-Ahzab [33] : 23, red.) man qodhoo nahbahu u(orang yang telah wafat/gugur) dan kita adalah waminhum man yantadzir (dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu)”, ujar Hilmi dalam sambutannya. Pukul 13 lewat, jenazah almarhumah dimasukkan ke dalam mobil ambulance untuk dibawa ketempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman di daerah Tangerang. Almarhumah meninggalkan seorang suami dan 13 anak.



Almarhumah adalah sosok yang bersahaja, yang ramah kepada setiap orang yang dikenalnya. Tidak memandang status sosialnya, walaupun beliau sudah menjadi anggota dewan dalam tiga periode. Dalam kiprahnya sebagai anggota dewan di Komisi 1 dengan nomor anggota A-64 ini, almarhumah telah berjuang untuk rakyat Palestina di forum-forum Internasional. Sehingga tak salah bila ustadz Ferry Nur menyebutnya Pembela Palestina dan Al-Quds. Adakah di antara ukhti sholihah yang bisa menggantikan peran beliau di masa datang? Begitu banyak pelajaran dari beliau yang kita bisa ambil dan diamalkan. Selamat jalan murobiyah, selamat jalan ustadzah… Semoga kita bisa bertemu di surga-Nya Allah kelak. (mzs)
 

Komentar

Postingan Populer