Spiritualitas dalam Bekerja

SPIRITUALITAS DALAM BEKERJA
Oleh : Jumadi Subur

Mas Syaiful adalah salah satu teman dekat Panji. Ia hanya seorang laki-laki biasa yang profesinya pedagang kecil-kecilan. Ia menjual majalah dan agen buku-buku agama. Ia juga memiliki kesibukan lain, mengajar di beberapa pengajian dan sesekali menjadi mentor di sekolah untuk pembinaan akhlak dan kepribadian.
 
Panji menganggap Mas Syaiful sebagai teman sekaligus pembimbing ruhaninya. Mereka punya jadwal pertemuan rutin. Minimal seminggu sekali mereka bertemu untuk diskusi.

Meskipun begitu Mas Syaiful memiliki wawasan yang luas. Isu politik, ekonomi dan masalah sosial selalu ia cermati. Termasuk juga bidang pemasaran. Bahkan ia memiliki buku-buku pemasaran dan pengembangan diri yang cukup banyak. Robert T Kiyosaki, Steven R Covey, Andreas Harefa, Renald Kasali, Gede Prama adalah nama-nama yang tidak asing baginya. Literatur Arab juga menjadi koleksinya yang tidak kalah penting.

Dari Mas Syaiful juga Panji mendapat masukan banyak hal tentang pentingnya spiritualitas dalam bidang pemasaran.

“Spiritualitas hampir tak henti diperbincangkan. Seiring perkembangan pemikiran manusia, spiritualitas semakin diakui keberadaannya. Padahal selama ini banyak ilmuwan bahkan masyarakat, khususnya Barat, hampir mengabaikan dan tak mengakui keberadaannya.” Mas Syaiful memulai penjelasannya kepada Panji.

“Oh iya Mas, saya mengerti.” Panji menimpali.

“Beberapa tahun silam, misalnya, dunia psikologi geger dengan ditemukannya sebuah kecerdasan baru dalam diri manusia. Manusia ternyata tak hanya memiliki dua kecerdasan, intelektual (IQ) dan emosional (EQ). Ia juga memiliki kecerdasan spiritual (SQ). Ditandai dengan adanya titik Tuhan (God spot) di dalam otak.“ sambungnya.

“Tepat sekali, Panji”.

“Dan di era pasar global sekarang ini, etika dan nilai-nilai spiritual juga tumbuh dari negeri Barat, menjadi panduan untuk menjalankan roda perusahaan dan organiasi modern. Pengusaha dan para eksekutif perusahaan menghadirkan jiwa dan hatinya dalam bekerja. Mereka sangat menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual” jelas Mas Syaiful.

Panji mengingat kembali buku yang sedang ia baca The Corporate Mystic. Ia juga ingat teori Eternity Marketing yang ditulis Ippho Santosa. Apalagi konsep Berbisnis dengan Hati-nya AA Gym. Dipadukan dengan The 10 Credos of Compassionate Marketing yang digagas Hermawan Kertajaya. Semuanya klop.

Panji menyadari sejarah tokoh-tokoh bisnis dunia. Mereka telah mampu meraih kesuksesan dalam bisnis, tanpa mengorbankan keseimbangan dan keselarasan hidup. Maka mereka menjadi sejahtera tidak saja secara finansial, melainkan juga secara spiritual.

Jauh empat belas abad sebelum ini, pebisnis kondang sepanjang zaman, Nabi Muhammad telah mempraktekkan bersama para sahabat, bagaimana melakukan aktivitas bisnis dalam bingkai ajaran agama. Bahkan ajaran Islam telah menempatkan bahwa mencari nafkah dan bekerja adalah bagian integral dari ibadah. Bahkan banyak kemuliaan yang diberikan kepada pekerja daripada orang yang hanya beribadah saja. Pebisnis yang jujur disetarakan dengan mujahid yang berjuang untuk agama.

Secara integral, spiritualitas dalam bisnis ini meliputi semua aspek ruhani manusia. Didalamnya ada cinta, pengorbanan, empati, kasih sayang, motivasi, kearifan, manajemen emosi, visi, kejujuran, ketaatan, nilai-nilai ketuhanan dan aspek kearifan universal yang diajarkan oleh agama. Inilah sesungguhnya kecerdasan hakiki manusia.

Mulai sekarang, cerdaskan spiritual anda. [js]

Sumber: http://jumadisubur.com
---------------

Komentar

  1. Barokallah, semoga blog nya bermanfaat bagi sesama.
    terus update ya Pak..
    Salam untuk Pekalongan!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer