Gundah Fajar



http://www.islamedia.web.id/
 
  Episode 1 :

“Akhi ada hal lain sebenarnya yang ingin ana sampaikan…tentang beban hidup yang semakin berat, tentang jurang pendapat yang tajam dengan istri dan keluarga mertua, tentang maisyah, dan banyak yang ingin ana keluhkan bersama antum..”
 

Islamedia - Fajar aktivis islam ini tak pernah absent dalam agenda dakwah, ia selalu menjadi terdepan. Di halaqoh dia selalu tepat waktu. Ia menjadi contoh bagi ikhwah yang lain.


Namun akhir-akhir ini ada yang berbeda dari Fajar. Ia lebih cenderung pendiam, ia ingin lebih cepat selesai halaqoh dan tidak ingin berlama-lama. Ia seperti menghindari obrolan-obrolan santai dengan sesama saudara. Sesekali ia bercanda dan tersenyum, namun tetap raut wajahnya mengabarkan ada sesuatu yang sedang ia simpan.


Tapi bukan Fajar, ada masalah lantas cuti dari dakwah, ia tetap hadir dalam syuro-syuro yang memakan waktu, ia tetap hadir dalam setiap agenda jama’ah. Ia selalu ada di halaqoh pekanan. Ia tetap memberikan yang terbaik meski sedang berada dalam kubangan masalah yang menggelayuti hati dan fikirannya.


Saat agenda qodhoyah dalam halaqoh tiba waktunya. Murobbinya yang sudah mengamati akan perubahan yang halus pada Fajar, mempersilahkan Fajar untuk menyampaikan qodhoyah terlebih dahulu.


“akh Fajar tafadhol antum awalan” Sang Murobbi mempersilahkan Fajar

Fajar tersenyum,. Sedang hatinya seperti dipukul dan jantungnya tersentak..”ya Allah apakah harus kusampaikan disini?” gumam Fajar dalam hati...


“ayo akh antum duluan” kembali Murobbinya mempersilahkan fajar untuk yg kedua kalinya.

“oh iya stadz…”

Dengan rasa berat Fajar memulai qodhoyahnya.

“ana alhamdulillah sehat, istri sehat. Anak sempet sakit demam beberapa hari yang lalu..”

Fajar terdiam sejenak…

“usaha lancar-lancar saja, binaan alhamdulillah 100% hadir. Semuanya baik-baik saja, tidak ada hal yang berarti”

“usaha antum gimana akh, lancar kan?? Makin pesat aja kayanya nih”. Akh budi menggoda Fajar, yang agak menohok batin fajar.”

“alhamdulillah…usaha tidak ada kendala yang berarti”


Fajar belum mau bicara kondisi sesungguhnya..entah kenapa Fajar lebih memilih diam. Fajar memang dikenal seorang yang tertutup, ia lebih suka membawa dan meyelesaikan masalahnya sendiri. Ia tidak mau membebani saudaranya dengan masalah yang sedang ia hadapi. Bukan ia tidak tsiqoh dengan saudaranya, namun karena Fajar begitu menyayangi saudaranya, ia khawatir menambah beban masalah saudaranya, yang mungkin sedang memiliki masalah yang tidak sederhana juga.


Fajar dikenal memiliki empati yang tinggi dengan saudaranya. Ia sangat suka membantu dan meringankan beban saudaranya, namun ia paling tidak mau membebani saudaranya dengan masalahnya.. Istilahnya, Fajar “siap direpotkan tapi tidak mau merepotkan”


Fajar berbohong…!!

Usaha yang dirintisnya tidak sedang baik-baik saja!! Bahkan terancam gulung tikar, dan Fajar harus mengembalikan modal investor senilai di atas 100juta

Keluarganya sedang sakit demam, batuk filek.

Fajar sudah 3 bulan tanpa penghasilan sepeserpun, justru istrinya yang bekerja menanggung biaya rumah tangga.

Fajar malu sebagai laki-laki namun seperti hilang rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Fajar malu sebagai kepala keluarga yang berkewajiban menafkahi istri dan anak, kini tak sepeserpun ia dapatkan..bahkan harus mengorbankan istri untuk bekerja

Fajar malu pada mertuanya karena anaknya telah dititipkan padanya sejak akad terucap..

Fajar malu pada saudara-saudaranya, saat mereka sibuk mencari nafkah, justru fajar belum ada kejelasan dimana rizkinya berada…

Namun Fajar terus berusaha mencari rizki-Nya…hanya saja Allah tengah mengujinya…untuk bersabar dari segala ujian dari-Nya..


*****
Handphone fajar berdering. Tertera nama seseorang yang begitu ia kenal. Akh Sofyan teman sehalaqohnya yang paling dekat dengannya. Fajar kerap sekali cerita tentang kondisinya pada Sofyan, begitupun sebaliknya.

Seperti murobbinya, Sofyan pun membaca ada sesuatu yang sedang terjadi pada Fajar, dan Sofyan tahu betul, Fajar tidak mungkin cerita tentang masalahnya pada siapapun, karena Sofyan tau persis karakter saudaranya yang satu ini. Yang tidak mau merepotkan tapi terdepan dalam membantu saudaranya yang dirundung masalah.


“Assalamu’alaikum akhi..”

“Alaikumsalam..”

“Udah bangun belom??”

“Hehehe..baru bangun doang nih…kalo antum ga nelp. Belom bangun nih..hehe”

“ah elo, kebiasaan! Mentang-mentang pengusaha, semaunya dia aja ya..!

“sorry bro..semalem ane tidur sampe larut, anak lagi rewel, jadi begadang jagain Raihan”

“kenapa Raihan?? Sakit akh??

“ia, biasa mau pinter kata orang dulu mah”

“oia akh, acara Baksos untuk tanggal 17 besok ada kendala ga?”

“iya nih ada kendala sedikit, tapi sudah bisa diatasi kok. Biasa masalah tempat ribed perizinan, harus ke RT RW setempat, lurah, dan camat segala. Baru kali ini kita baksos susahnya minta maaf”

“oh gitu, kita kan ga pake bendera partai, dan itu juga atas permintaan warga sekitar”

“ya biasalah akh, mereka terlalu khawatir. Sampai mau berbuat baik saja dan mau meringankan beban masyarkat harus dihalangi secara halus segala.”

“trus jadinya gimana??”

“kita baksos dor to dor akh jadinya..sekalian direct selling, tapi tetap kita menjaga adab berpolitik yang berlaku. Selain kita tawarkan baksos yang murah meriah, kita juga tawarkan stiker cagub kita untuk ditempel dirumahnya. Ini bukan paksaan loh, buat yang mau saja, yang ga mau ya ga papa”

“oh gitu..sip deh, trus teknis siapa saja warga yang mau di datangi sudah jelas kan yah??”

“insyallah sudah akhi, kita mengacu pada kupon yang sudah kita bagikan. Kita kan punya catatan siapa saja yang menerima kupon,

“toyyib kalo gitu…insyallah sukses ya akh..”

“amin..insyalllah”

“oia akh...usaha antum gimana lancar??”

“hmmm…lancar” fajar menjawab ragu..

“yakin…ko kaya ragu2 gitu jawabnya..”

“ada masalah sih sedikit, tapi itu bisa diatur lah..” Jawab Fajar nyantai..

“masalah gimana,,?? Ane tau antum sedang memiliki masalah, dan ane tau gimana karakter antum..”

“masalah kecil ko, antum tenang saja...kemungkinan besar ana akan tutup usaha ana bulan ini, karena sudah 4 bulan terakhir devisit terus..biasalah namanya usaha, pasti memiliki resiko yang tak bias dihindarin..”

“ya Allah…trus modal investor gimana akh, apa sudah balik??”

“alhamdulillah sudah” Fajar menjawab pelan

“eh afwan akh sofyan, anak ane bangun nih…sudah dulu yah..”

“oh iya akh fajar..antum yang sabar ya, insyallah Allah punya rencana buat antum yang lebih baik..”

“amin…jazakallah khoir ya…salamau’alaikum”

“alaikumsalam..”


Pembicaraan itu terhenti, Fajar termenung lalu meneteskan air mata…ia bergumam dalam kesendiriannya “akhi…sebenarnya usaha ana sudah tutup, dan dana investor belum ada yang terbayarkan senilai 120 juta…”


“Akhi ada hal lain sebenarnya yang ingin ana sampaikan…tentang beban hidup yang semakin berat, tentang jurang pendapat yang tajam dengan istri dan keluarga mertua, tentang maisya, dan banyak yang ingin ana keluhkan bersama antum..”


“ya Allah kuatkan hamba dan limpahkan rizki-Mu pada hamba, agar hamba mampu melunasi hutang usaha ini..amin..”

-----------------------------------------------------------------------------------
Gundah Fajar Episode 2 : Yaumul Huzni 

 
Sore itu nampak begitu syahdu. Semilir angin sepoi ber-irama menari nari mengusik perhatian dedaunan..Burung burung bersorak sorai menari menyanyi bercanda ria di atas udara. Berkejar-kejar dengan sesama, melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, berterbangan dalam sebuah kelompok persahabtan yang indah. Burung – burung itu melayang terpesona, tertawa, riang gembira.
Semakin lengkap kesyahduan sore itu saat Fajar memutar sebuah nasyid kesukaannya dari Suara Persaudaraan :

mentari beranjak keperaduan
siang berganti malam menjelang
ku lihat burung terbang melayang
pohon pohonan tenang dan diam
Seakan bertasbih atas Kekuasaan
Dan Keagungan Allah Ar-Rahman

Ya Allah..
Ku pun dzikir pada – Mu
Agar Kau dekatkan hatiku pada - Mu

Ya Allah…
Limpahkanlah kurnia – Mu
Agar ku rasakan cinta-Mu

Allah…Sore ku ini
atas fitrah Islam
Atas agama nabi Muhammad
Dan atas millah nabi…
Ibrahim yang hanif
Ya Allah…selamatkanlah akhirku

Allah…disore ini
Ku hitung amalku
Yang telah ku lakukan hari ini
Terimalah kebajikan ku
Ampunkan dosa ku
Ya Allah…kabulkanlah do’a ku..

Fajar terpesona pada kesyahduan sore yang semakin petang, bersyukur atas karunia yang indah hari ini. Setidaknya sedikit ia bisa melupakan masalah yang sedang ia hadapi, dan menikmati sajian sore yang menyentuh hati dan menjernihkan pikirannya.

Allah…Sore ku ini
atas fitrah Islam
Atas agama nabi Muhammad
Dan atas millah nabi…

Kembali fajar melantunkan satu bait nasyid itu yang kemudia terhenti karena sentuhan lembut di pundaknya yang menyapanya..
“abi”
“eh umi..ada apa mi??”
“abi lagi ngapain..dari tadi aku panggil-panggil ga ada respon..”
“oh..maaf ya mi, abi gak denger…mungkin abi mutar nasyidnya terlalu keras ya mi...dan abi juga lagi menikmati indahnya suasana hari ini mi…rasakan deh mi..sore ini begitu indah yah..lihat deh burung-burung itu, mereka melayang bebas di udara seolah tak memiliki beban dalam hidupnya..mereka menari nari, tertawa, bernyanyi dan saling kejar satu sama lain…”
“iya bi..burung-burung itu terlihat begitu bebas dan bahagia…tapi itulah burung bi, punya tugas dan hidupnya sendiri. Beda dengan kita ya bi..yang memiliki beban yang harus dipertanggung jawabkan…oia bi ngomong-ngomong barusan aku dapet telpon dari perusahaan tempat aku melamar bi..al-hamdulillah aku diterima dan besok aku diminta kesana bi…menurut abi gimana??
“…ya udah besok umi berangkat saja, nanti Raihan biar abi yang jagain di rumah..”
Entah hamdalah atau istighfar yang harus Fajar ucapkan. Satu sisi ia bersyukur saat usahanya harus ditutup, Allah memberi jalan lain dengan diterimanya istri tercintanya bekerja di sebuah perusahaan. Disisi lain fajar beristighfar, karena justru keadaan ini membuat dirinya semakin terlihat nampak lemah tak berdaya dan kecil. Fajar menyiratkan senyum pada istrinya…tapi batinnya, mengamuk, menangis dan bergejolak. Fajar mengadu “ya Allah kenapa harus jalan ini yang Kau berikan?”
Fajar semakin galau dengan keadaannya. Entah apa rencana Allah yang sedang disipakan-Nya untuk nya.
“ada yang ingin ana sampaikan, tapi entah ini qodhoyah atau rowa’i ustadz...”
“apa tuh??” murobbi dan teman-teman halaqohnya bertanya penasaran..
“mulai hari ini istri ana bekerja di sebuah perusahaan di Gatot Subroto, jam 6 pagi harus sudah berangkat, dan baru sampe rumah lagi jam 6 petang” pelan Fajar berbicara, dari bibirnya mengerenyitkan senyum yang bermakna “sesuatu” di hatinya..
“hmmm…ya itu rowa’i donk akh…wong dapet rizki ko dibilang qodhoyah..” akh Heri menimpali..”
Sementara sofyan hanya terdiam, karena ia tahu persis apa yang sedang terjadi dengan saudaranya ini.
“trus, kalo antum sendiri gimana?? Usaha baik2 saja kan?” Kini giliran murobbinya mencoba menyibak rahasia yang tersimpan di lubuh hati a’dhonya ini.
“insyaallah usaha ana tetap jalan, tentu dengan dinamikanya juga…kadang ia pasang laksana Tsunami, kadang pun ia surut seperti padang pasir…tapi ana yakin ustadz…sekering-kering padang pasir akan selalu ada harapan mata air disana..” jawab Fajar mantapp.
“yup bener akh fajar…intinya antum harus tetap yakin dan harus memiliki kesabaran yang besar saat harus menghadapai usaha yang surut seperti padang pasir yang kering seperti yang antum bilang tadi” kini Sofyan menimpali..
“yoi..so pasti…insyaallah, do’akan saja semoga semuanya lancar” jawab Fajar semangat.
“amiiin”

Sebuah SMS duka tersebar cepat di jajaran kader.
“innalillahi wa innailaihi Rooji’un…telah meninggal dunia ayahanda akh Fajar hari ini jam 19.30. semoga Almarhum diampuni segala khilaf dan dosanya. Dan diterima semua amal kebajikannya. Dan diberi kesabaran bagi keluarga yang dittinggalkan. Amiin” sebarkan!!
Fajar masih berduka dengan ditutupnya usaha..Fajar pun bersedih dengan merelakan istrinya mencari nafkah..kini tepat seminggu setelah ditutupnya usahanya, 3 hari setelah istrinya bekerja diperusahaan. Allah kembali menguji Fajar dengan dipanggilnya ayah tercinta ke pangkuan-Nya.
Fajar semakin menangis, ia semakin tersungkur bersedih..ayah yang begitu baik padanya harus pergi meninggalkannya untuk selamanya. Ia seperti mimpi, karena sesungguhnya ayah Fajar meninggal dalam keadaan sehat dan bugar. Karena sesungguhnya Fajar masih bercengkarama di jum’at selepas maghrib itu dengan ayahnya..namun setengah jam setelah itu ayahnya tiba-tiba wafat..”
Ada penyesalan yang begitu dalam saat ayahnya wafat. Karena Fajar belum sempat berterima kasih, saat seminggu sebelum wafatnya, ayahnya tiba2 mengirim seorang tukang bangunan untuk menge-cat rumah fajar agar terlihat tampak lebih indah. Ayahnya juga menghadiahkan sepatu, kaos, kemeja, baju koko, batik dan makanan-makanan ringan.
Fajar terisak..air matanya mengalir deras...lisannya tak henti-henti melantunkan ayat-ayat suci al_qur’an dari sejak malam itu hingga shubuh hari di depan jenazah ayahnya yang telah terbujur kaku..sesekali ia berhenti tilawah lalu berdo’a untuk ayahnya dan kembali tilawah hingga adzan shubuh berkumandang…
Ini adalah yaumul huzni bagi Fajar..kurang dari sebulan cobaan demi cobaan menimpa Fajar. Menyebabkan kesedihan yang mendalam, bertambah dan bertambah.
Kini fikirannya bukan lagi memikirkan kesejahteraan istri dan anaknya. Karena semenjak kepergian ayahnya, Fajar mau tidak mau harus kembali kerumah orang tuanya yang tidak ada laki-laki lagi disana. Kedua adiknya perempuan dan belum menikah. yah...Fajar tak lagi memikirkan kesejahteraan anak dan istrinya, melainkan ia memikirkan anak istri, ibu serta ke dua adik perempuannya.
Fajar semakin terbebani tanggung jawab yang semakin berat..sementara Fajar masih dalam kebingungan dimana ia bisa menemukan jalan rizkinya??

=========================================
Gundah Fajar Episode 3 : Ditepi Jurang Keputus asaan

“Asalamuálaikum...bersama sms ini ana Heri Rusmana mengundurkan diri dari keanggotaan jamaáh” . 
Sms itu menghentak lamunan Fajar yang tengah termenung dalam kesendiriannya di waktu dhuha...teman halaqohnya yang sudah bertahun tahun itu tiba-tiba memutuskan keluar dari lingkar halaqoh yang penuh barokah...tapi Fajar belum bisa percaya begitu saja. Ia tergesa membalas sms dari sahabatnya akh sofyan.
“Akhi afwan informasi yang ana terima ini benar atau...astaghfirullahal’adzim..??”
“benar akhi...ustadz yang sms ane..”
Fajar menangis...langit serasa runtuh, dan bumi serasa terbelah...saat satu diantara saudaranya harus pergi, setelah sekian lama melalui jalan panjang, setelah sekian lama satu dalam agenda-agenda dakwah yang melelahkan, setelah sekian lama mengecap asam manis perjuangan..
“ada masalah apa akh..sampai akh heri memutuskan demikian..??”
“yang jelas, tak seberat masalah yang sedang antum hadapi, bahkan masalahnya menurut ana terlalu sepele...akh heri kecewa dengan salah satu kader yang sedang asyik berbincang dengan seorang akhwat di depan toko foto copy,,”akh heri menganggap perjuangan kita tak semurni dahulu,,,”
“astaghfirullah...” sms itu terhenti hanya sampai disitu...hanya sebuah istighfar yang bisa Fajar ucapkan. Fajar kemudian menghubungi ustadznya untuk mengecek kebenaran berita yang ia dapatkan, yang kemudian di benarkan oleh ustadznya..
Satu lagi cobaan menghampiri Fajar, setelah usahanya tutup dan harus mengembalikan dana investor yang tidak sedikit jumlahnya, ia juga harus merelakan istrinya bekerja sedang ia dirumah bersama Raihan anaknya ; Fajar merasa lemah sebagai laki-laki harus merelakan istri mencari nafkah. Disusul kemudian dengan wafatnya ayah tercinta, yang mengharuskan Fajar kembali tinggal ke rumah orang tuanya dan harus menanggung beban ekonomi anak, istri, Ibu, dan kedua adiknya yang masih gadis itu. Sedang fajar tengah bingung kemana lagi ia mencari rizki-Nya sementara usahanya telah tutup. Dan kini saudaranya sehalaqoh memutuskan pergi dari keindahan ukhuwah dalam ruang tarbiyah..Fajar pun serasa tersambar petir mendengar kabar ini..
“ya Allah...tak ada yang lebih indah selain hidayah-Mu...maka ku mohon istiqomahkan aku disini, beri kekuatan di kala ku lemah, beri kesabaran di kala tertimpa musibah, ya Allah jagalah saudara2ku untuk tetap dijalan-Mu..berikan mereka kekuatan untuk mengahadapi segala ujian, dan pertemukanlah kami kelak di syurga-Mu ya Allah..amin”

Senja kian memerah di ufuk timur, burung berlarian melayang layang diudara menuju sangkarnya, hembusan angin lembut menyapa dedaunan dan fajar tengah duduk santai diteras rumah dengan laptop kesayangannya. Terlihat Fajar tengah asyik mengetik sebuah surat lamaran kerja. 
Fajar berikhtiar semoga ada jalan. Lebih dari 20 lamaran telah dikirimnya. Namun tak ada satu pun respon dari perusahaan perusahaan tersebut.

“gimana mas sudah dapat pekerjaan belum??”
“belum bu...do’ain aja ya bu”
“jujur ya mas, ibu pusing kamu kaya gini terus, memang kamu ga malu sama istrimu? Sama tetangga? Sama teman-temanmu? Kamu cari terus donk mas!!”
“ya Allah bu..aku sudah berusaha, tapi Allah belum memberikan jalan-Nya bu.

Aku harap ibu bersabar dan do’akan aku supaya segera Allah kasih jawabannya segera. Bukan kaya gini harusnya sikap ibu..!

“sekarang rencana kamu apa?”
“aku mau buka usaha lagi bu..!”
“usaha??? Yang benar saja!! Kemarin saja kamu gak becus ngurusin usaha itu.

Sekarang kamu mau usaha lagi?? Trus mau numpuk hutang tambah besar lagi?? Jangan sembarangan kamu. Sudah kamu cari kerja saja!! Itu lebih pasti!!”

“wajarlah bu, namanya usaha selalu bersahabat dengan untung dan rugi, para pengusaha yang ada juga baru merasakan keberhasilan setelah sebelumnya menemui kegagalan demi kegagalan bu. Dan Rasulullah juga pernah bersabda bahwa 9 dari 10 pintu rizki itu adalah berdagang atau wirausaha. Dan aku yakin itu bu.!!

“terserah kamu lah..ibu hanya kasihan saja liat kamu begini2 terus!!”
Fajar terdiam, dadanya bergemuruh. Kesal dan ingin marah dengan teriak sekencang-kencangnya. Ia ingin mengadu pada Tuhannya..Tuhan yang telah menciptakannya, Tuhan yang telah menitipkan seorang wanita sebagai istrinya dan menitipkan seorang putra sebagai anak-anak-nya. Fajar merasa diperlakukan tidak adil oleh-Nya..Fajar menuju gerbang ke putus asaan. Ia menagih janji Tuhannya yang katanya akan mencukupkan rizkinya..
“ya Allah...mana janji-Mu?? Tidak cukupkah usaha dan do’a2 ku selama ini?? Tidak cukupkah air mata dalam sujud-sujudku padamu di malam dan dhuha ku!!, ya Allah aku ini seorang laki2, yang memiliki anak dan istri serta ibu dan ke-2 adik ku. Mereka semua harus ku nafkahi ya Allah, tapi bagaimana bisa ku menafkahi mereka, sementara Engkau belum juga memberikan rizki yang selalu kupinta dalam setiap sujudku pada-Mu ya Allah...”

Fajar lunglai...ia berdiri di jurang ke putus asaan...Fajar yang tangguh kini mengeluh...Fajar yang slalu semangat kini sedang terjebak dalam ruang keputus asaan...!

“Ada yang tau, kenapa Fajar hari ini tidak datang lq?” Ustadz Ramzi melontarkan pertanyaan pada semua anggota lq, ia bingung tak ada berita atas ketidak hadirannya. Fajar yang biasanya selalu hadir tepat waktu dan tak pernah absen dalam agenda dakwah, kini ia benar2 hilang entah kemana.

“sebentar stadz ana hubungi” akh sofyan mengambil inisiatif dengan cepat...
“gimana akh?? Bisa??”
“ga diangkat ustadz...sebentar ane sms...yang lain coba hubungi akh fajar juga yah”
“tidak biasanya Fajar seperti ini, sepertinya ada masalah yang cukup serius yang sedang ia hadapi..” gumam akh indra..
“benar akh, mungkin Fajar sedang dalam masalah yang berat” akh Rizal menimpali tampak kecemasan pada wajahnya..
“ya kita do’akan saja, jika memang ada masalah pada akh Fajar, semoga Allah segera ringankan bebannya. Ayo akh sofyan dilanjut agendanya..”
“oh iya stadz...” Sofyan sedikit tersentak, karena lamunannya...Sofyan mengerti yang terjadi pada saudaranya itu.

Sofyan berniat silaturrahim esok harinya ke rumah akh Fajar, mau tabayyun langsung tentang perihal ketidak hadirannya dalam pertemuan pekanan. Ia juga hendak memberi hadiah sebuah buku, yang harapannya, buku itu bisa membantu dan membuka pikirannya yang selama ini mungkin mumet dan buntu karena masalah yang terus menghimpitnya.

“Salamuálaikum...” sofyan tiba dirumah Fajar
“alaikumsalam”
“maaf bu, ada mas Fajar?? Saya Sofyan teman ngajinya..”
“oh ada mas, silahkan masuk. Sebentar saya panggilkan Fajar yah”
“makasih ya bu..”
“salamuálaikum akhy...tumben nih pagi pagi sudah nyampe sini..”
“alaikumsalam...ia sengaja, ntar kalo siangan dikit ente ngelayap kemana2 lagi...”
“hehe..btw ada apa nih”
“semalem nete kemane??”
“oohh...afwan ya ane ketiduran...ada info apa semalem??”
“ketiduran apa ketiduraann?? Hehehe...”
“bener akhy..ane ketiduran, coz seharian ane muter2in Jakarta ngelamar kerjaan, sampe rumah ba’da isya, langsung tepar dikamar tidur, tapi ane dah sms ustadz kok tadi.”
“oh..siip percaya deh, oya ane gak bisa lama2 nih..ane Cuma mau tabayyun aja, habis antum di telp gada jawaban, sms tak dibalas...ane samperin aja langsung..”
“hehehe...afwan ya...bener2 kecapean ane..”
“iye ga papa..kalo ginikan jelas, ane pikir antum kenapa2..nih ana ada hadiah buat antum, mudah2an ada manfaatnya..jangan dilihat harganya ya bro...tapi lihat yang ngasih..hahaha”
“hahaha..siip dah...lagian antum pake repot2 segala ngasih ane kado beginian.
Kan ini bukan hari milad ane. Nanti milad ane antum tetep ngasih ane kado kan?? Masih inget kan nomor sepatu ane...42...hahahaha”
“hahaha...gampang...kalo ada rizki nanti ane kadoin dah, maunya warna apa?? Warna pink atau hijau muda?? Hahaha”
“hahaha...udah ahh kacau...udah sono berangkat dah siang nih, ntar nte telat aja berangkat kerja!”
“sip deh...mudah2an masalah antum cepat dikasih jalan keluarnya ya akh...dan semoga hadiah itu bisa membantu antum..”
“amin...jazakallah yah...luar biasa...” Fajar tersenyum sumringah...
Sofyan pamit dengan memeluk Fajar saudaranya...dan menatap dalam “antum yang sabar ya akh...insyaallah, Allah hendak mengangkat derajat antum” Sofyan menguatkan Fajar sembari menepuk2 pundak Fajar.
“amiin...Jazakallah khoir untuk semuanya akh sofyan” Fajar tersenyum sedang matanya nampak berkaca-kaca..

Sepulangnya sofyan dari rumahnya, fajar bergegas membuka isi kado yang diterimanya dari Sofyan. Isi kado itu ternyata sebuah buku. Dan pas sekali dengan keadaan Fajar saat ini. Ia membaca bait demi bait tulisan dalam buku itu...Fajar terlihat begitu menikmati lembar demi lembar buku itu, sesekali Fajar tersenyum, tertawa keras, menulis sesuatu dikertas, tatapannya mantap dan berisi, cahaya matanya telah berubah jernih setelah sebelumnya keruh karena keputus asaan...
Langkah ku gontai menerobos hutan belantara ke putus asaan
Menyibak ilalang keraguan
Hingga diujung langkah ku terpesona...
Pada semut yang tengah bergotong royong meraup rizqi...
Pada melata yang tengah asyik menikmati makanannya dipagi hari
Aku pun tersenyum...
Dan bergumam “Tuhanku takkan menyia2kan aku dan keluargaku..!!!”
-Fajar-

Sofyan tersenyum saat baca status terkini dari saudaranya itu fajar. Dan ia memberikan comment pada status FB Fajar ”Ya Allah...semoga segera Kau berikan jalan keluar pada saudaraku ini Fajar Ardiansyah..aminn”
======================================================

Bersambung



Komentar

Postingan Populer