Seri Anak Kreatif : Anak Kreatif 1 | Dari Buku "maa...aku bisa!"

ANAK KREATIF (1)

Semua anak kreatif. Anak Anda Insya Allah juga kreatif. Bagaimana sebenarnya anak yang kreatif itu? Uraian berikut ini akan memberikan gambaran praktis dan utuh mengenai ciri-ciri anak kreatif. Tulisan bersumber dari Buku karya Wahyudin berjudul "maa... aku bisa!" yang diterbitkan oleh Pro-U Media.

Kreatif Kadang Aneh dan Mengejutkan

"Lho kok minum? Sekarang khan bulan puasa? Mengapa Anda minum? mungkin kira-kira begitu kekagetan murid-murid tatkala gurunya minum. Memang adegan super kreatif tersebut terkesan aneh dan lucu. Adegan itu mengenai diri beliau Imam Syafi'i. Adegan apa itu?
Pada suatu hari, tatkala bulan Ramadlan, Imam Syafi'i sedang mengajar di Masjidil Haram. Mendadak ia minta izin untuk minum. Kontan saja Imam Syafi'i menuai protes dari murid-muridnya.
Kalau Anda sendiri gimana? protes atau tidak, kalau Ustadz yang menyuruh kita agar berpuasa di bulan Ramadhan tiba-tiba minta izin untuk minum padahal saat itu sedang bulan Ramadhan?
Kita mungkin tidak protes kalau yang mengisi pengajian seorang Ustadzah, karena kita tahu seorang Ustadzah bisa kedatangan "tamu istimewa". Tapi, toh meski demikian, kalo hal itu terjadi, kita akan menganggap Ustadzah tadi tidak sopan.

Dalam konteks ini, Imam Syafi'i (Muhammad bin Idris bin Syafi'i atau Abu Abdullah bin Idris Asy Syafi'i) sungguh sangat kreatif. Beliau melakukan hal baru, setidaknya hal yang belum diketahui oleh murid-muridnya, untuk membuka cakrawala ilmu para murid-muridnya.

Hal yang baru yang dilakukan beliau, disebabkan keluasan ilmu beliau, karena pada saat itu usia beliau belum baligh sehingga belum terkena kewajiban syar'i, usianya belum memungkinkan. Imam Syafi'i sudah menjadi ulama yang disegani. Itupun menuai protes. Apalagi kalau yang melakukan hal yang baru itu anak-anak kita. Apakah kita tidak akan protes? Karena anak-anak kita bukan seperti Imam Syafi'i. Anak-anak kita berbuat "Aneh" bukan karena keluasan ilmunya, tapi lebih banyak karena dorongan rasa ingin tahunya. Jadi, lebih banyak disebabkan karena "ketidaktahuan" mereka. Sehingga anak-anak kita tidak mampu menjelaskan secara gamblang apa yang dilakukannya. Kondisi ini sangat mungkin akan menimbulkan protes lebih dahsyat dari kita. Kita harus mau tahu dan mau memahami hal ini, agar bersedia melapangkan "ruang dada" kita yang pada dasarnya sangat sempit itu.

Begitulah kira-kira gambaran sederhana berkecamuknya pikiran kita manakala kita menghadapi tingkah polah anak-anak yang berpotensi kreatif. Apalagi si anak belum mampu menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.


Bersambung....


Sumber :
Buku  "maa... aku bisa!", Penulis Wahyudin, diterbitkan oleh Pro-U Media.

Komentar

Postingan Populer