Transkrip Orasi 'Sukarno Muda' Anis Matta pada Konsolidasi Kader PKS Jateng
Transkrip Orasi Anis Matta di Konsolidasi Kader PKS Jateng
Rabu, 20 Maret 2013
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ikhwan dan akhawat sekalian, kalimat pertama yang ingin saya sampaikan kepada antum semua adalah bahwa saya mencintai antum semua. Inni uhibbukum fillah. Karena cintalah kita berkumpul di sini, dan insya Allah atas nama cinta juga kita akan memenangkan Pilgub Jawa Tengah.
Saya juga ingin menyampaikan, salam cinta dari Ketua Majelis Syuro, Ustadz Hilmi Aminuddin kepada antum semuanya dan salam cinta dari mantan Presiden kita Ustadz Luthdi Hasan Ishaaq. Kita doakan mudah-mudahan Allah swt. memudahkan urusannya.
Ikhwah sekalian,
Apa yang disampaikan tadi oleh KH Budi (Budi Haryono .pen) mengingatkan saya kepada sebuah puisi. Puisi yang ditulis oleh murid dari nama yang disebutkan tadi yaitu Rumy. Rumy punya murid cinta yang hidup berabad-abad sesudah Rumy, namanya Muhammad Iqbal. Dan Muhammad Iqbal ini menulis tentang gurunya. Perhatikan baik-baik teksnya.
“Dan nafas cintamu, meniup kuncupku jadi bunga.”
Jadi beliau bercerita bahwa, cinta itu, kata Iqbal, membuat kuncup bunga itu merekah. Dan dimana-mana ada cinta, hidup itu pasti akan berkah.
Dalam waktu yang sangat lama saya selalu memikirkan satu hal, apa yang sebenarnya merupakan core value, nilai utama dari masyarakat Indonesia. Kita pasti punya nilai-nilai yang banyak. Tetapi nilai yang tertinggi bagi masyarakat Indonesia itu apa? Yang membedakan kita dengan masyarakat-masyarakat lain di dunia. Dan saya menemukan satu kata, yaitu harmoni.
Kita ini adalah bangsa yang ditakdirkan oleh Allah swt, hidup dari etnis yang sangat beragam. Mendiami sebuah wilayah yang terpisah-pisah dan terpisahnya jauh. Dimana dua pertiga dari wilayah kita itu adalah laut. Karena kita terpisah, satu sama lain sangat jauh. Dan terlalu beragam secara etnis, itulah yang membuat kita saling merindukan.
Perpisahan membuat kita rindu. Tetapi perbedaan yang ekstrim seperti ini membuat kita merindukan persatuan. Jadi jauh sebelum ada sebuah negara yang bernama Indonesia, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang pertama kali hadir adalah pernyataan tekad untuk bersatu. Satu dalam bahasa, satu dalam bangsa itulah Indonesia, yang dideklarasikan pada hari Sumpah Pemuda.
Jadi perbedaan yang ekstrim membuat kita juga merindukan persatuan secara ekstrim. Di sini banyak etnis, banyak agama, dan banyak ideologi. Tetapi perbedaan itu semuanya terangkum menjadi satu, dan kita hidup secara harmoni dalam satu wilayah yang sama. Disebabkan karena kita semuanya mempunyai nilai-nilai utama dan yang paling tinggi dari nilai itu adalah harmoni. Kehendak untuk bersatu. Kehendak untuk hidup secara damai. Kehendak untuk menepis perbedaan, dan hidup dalam satu lingkar mufakat yang besar, dimana kita, insya Allah, tidak bisa dipecah-belah oleh bangsa-bangsa yang lain.
Itulah core value, nilai utama dari masyarakat Indonesia.
Dan beberapa tahun yang lalu, di depan teman-teman kami waktu itu. Saya menyampaikan sebuah ceramah dan sebuah makalah. Saya beri judul: Izinkanlah Kami Menata Ulang Taman Indonesia.
Sebab saya membayangkan bahwa Indonesia ini adalah sebuah taman, setiap orang di dalam taman ini adalah sebuah bunga. Dan setiap bunga itu punya warna sendiri.
Taman ini menjadi indah karena terlalu banyak bunga yang punya banyak warna di dalam taman itu. Coba bayangkan kalau ada satu taman yang bunganya cuma satu. Apa indah taman itu? Tapi coba bayangkan kalau bunga yang punya banyak warna itu, kita paksa melebur menjadi satu warna. Bunganya banyak, tapi warnanya dilebur jadi satu. Bagus tidak?
Bangsa ini menjadi indah, karena kita berbeda seperti bunga dalam taman. Jadi kalau saya ingin mendefinisikan, apa itu masyarakat Indonesia, saya bisa mengatakan bahwa masyarakat Indonesia itu adalah masyarakat bunga. The flower society.
Dan bunga ini ikhwah sekalian, kalau kita ingin memimpinnya dengan baik, kembalilah kepada puisi Iqbal. Tiupkan nafas cinta ke dalam bunga itu, maka dia akan mekar. Dan jika kita meniupkan nafas cinta ke dalam bunga itu, insya Allah tidak ada kekuatan lain yang akan menolak tiupan nafas cinta itu. Saya kira, dengan cara beginilah insya Allah kita akan memenangkan dan memimpin Indonesia di masa yang akan datang.
Tiupkan nafas cinta ke dalam republik ini, biar ia tumbuh menjadi bunga yang memenuhi taman Indonesia dan insya Allah bunga ini akan tumbuh mekar dalam taman itu.
Dan dengan cara seperti itu, ikhwah sekalian, kita merubah politik dari sebuah permainan yang berbahaya (dangerous game), yang isinya adalah character assassination, politisasi hukum, black campaign, kita rubah semuanya itu menjadi permainan orang dewasa yang lucu. Seru. Seperti dulu kita di sekolah dasar atau di SMP, mau memilih ketua kelas. Ada kampanye, ada pertarungan. Seru, tapi tidak berbahaya. Ada ketegangan, tapi orang tidak takut.
Politik sekarang menakutkan. Mengerikan. Karena itu anak-anak muda tidak mau ikut politik. Tidak suka politik. Dan itulah yang menjelaskan mengapa begitu banyak undecided voter. Mengapa begitu banyak orang yang apolitis. Bukan karena mereka tidak mau, tapi orang-orang sekarang memberikan tontonan politik seperti orang masuk ke dalam bioskop dan menonton film horor. Kenapa kita harus mengeluarkan uang untuk menakut-nakuti diri sendiri. Kita keluarkan uang, kita nonton, kita pulang membawa mimpi buruk. Sekarang kita ubah politik itu menjadi permainan yang seru. Ada sparkling-nya, ada sodanya, tapi tidak memabukkan. Kita merubahnya demikian.
Dan saya kira ikhwah sekalian, tempat pertama dimana kita ingin menguji teori ini adalah Jawa Tengah.
Secara budaya, diantara semua wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini, saya kira dan mudah-mudahan saya tidak salah, Jawa Tengah adalah masyarakat dengan budaya yang paling bisa memadukan segala hal yang tidak bisa dipadukan.
Dan ikhwah sekalian, apa yang saya bicarakan ini sebenarnya tadinya rencananya akan saya sampaikan setelah bulan Agustus. Sebagai bagian dari pidato 17 Agustus nanti. Tapi (apa yang disampaikan) Kyai Budi tadi ini, mengganggu pikiran saya. Dan saya harus menjawabnya.
Inilah teori kita tentang Indonesia. Dan saya kira dulu, kira-kira 16 tahun, menurut cerita Soekarno sendiri. Sebelum kemerdekaan. Ia mencoba menemukan, semua titik kesepakatan bersama yang bisa menjadi alat pemersatu bagi bangsa Indonesia. Soekarno menyadari bahwa kita ini tumbuh dari ideologi yang sangat berbeda. Dan ada yang menarik dalam sejarah ini. Para pemikir, ideolog-ideolog, terutama tiga ideologi yaitu Islam, sosialisme dan nasionalisme, berguru pada satu orang yang sama. Namanya Cokroaminoto. Dari sini ada murid yang bernama Soekarno, yang nanti mengembangkan ide nasionalisme tetapi dia juga mewarisi ide dasar sosialisme itu. Dari sini juga lahir nanti pemikir Islam yang namanya KH Agus Salim. Tapi dari sini juga nanti tokoh-tokoh merah Indonesia. Ada Muso dan ada Alimin. Lahir dari guru yang sama.
Jadi begitu ingin merdeka, Soekarno berfikir bahwa kita membutuhkan alat pemersatu, dan biarlah orang-orang ini dengan ideologinya sendiri-sendiri. Tetapi kita membutuhkan sebuah kesepakatan bersama. Kesepakatan itulah yang kemudian dirumuskan dalam bentuk Pancasila.
Di situ (Pancasila) ada Islam, di situ ada pluralisme, disitu ada nasionalisme disitu ada demokrasi berbasis Indonesia, di situ ada sosialisme. Tapi yang menarik adalah kata Soekarno, jika Pancasila ini kita peras, peras dan peras menjadi hanya satu kata, maka satu kata itu adalah artinya gotong-royong.
Coba kita perhatikan. Itu adalah ide tentang harmoni. Dan jika kita usut sejarah pemikiran politik Indonesia ini kita akan sampai pada satu ide. Tapi bila kita balik lagi ke sejarah penyebaran Islam di nusantara ini, ide ini pulalah yang diyakini pertama kali oleh para dai yang membawa Islam ke Indonesia. Itulah sebabnya, inilah kawasan dimana Islam masuk tanpa pertumpahan darah. Mereka menyenangi harmoni.
Dan karena harmoni itu, maka para dai ini mempunyai kebebasan untuk menyampaikan nilai-nilai Islam itu. Saya tadi mengobrol, sambil mendengarkan Kyai Budi dan mengatakan, kita ini bisa saja bikin pengajian terlalu tegang, terlalu serius. Nah ini benar pengajian (yang dibawakan Kyai Budi H) ini tadi. Santai. Rileks. Tapi kontennya full, sama persis. Bagus juga mungkin kalau ada acara pengajian PKS diiringi dengan nasyid dan diiringi dengan musik-musik lokal, gamelan dan seterusnya.
Jadi inilah yang menjelaskan mengapa masyarakat kita menerima Islam secara apa adanya. Tanpa ada pertempuran.
Ikhwah sekalian, jika saya ingin masuk dari teori ini kepada persoalan yang antum hadapi, dalam Pilgub yang akan datang, saya bisa mengatakan bahwa antum hanya punya satu cara untuk memenangkan (Pilgub) ini. Yaitu melawan mitos. Mitos politik. Mitos politik yang mengatakan bahwa partai Islam tidak bisa memimpin republik. Mitos bahwa Jawa Tengah ini adalah basis fulan, bukan basis PKS. Untuk melawan mitos itu hanya ada satu cara: Bongkar!
Saya kira ini jalannya sudah jelas. Apa tadi salam 3 besarnya? Obah Kabeh Mudhak Akeh. Saya harus kursus ini (tertawa).
Iya kan? Itu mitos. Coba antum bayangkan, dulu 1000 tahun sebelum Islam datang ke nusantara ini, ada agama Hindu dan Budha di sini. Bisakah Anda bayangkan bahwa sebuah agama yang sudah tertanam selama lebih dari 1000 tahun, kemudian bisa ditembus oleh Islam. Dan saya kira orang-orang yang mengklaim bahwa Jawa Tengah adalah basis fulan, fulan dan seterusnya, tidak sampai 1000 tahun, kan? Sampai 1000 tahun? Lho era reformasi kan baru 15-an tahun. Iya kan? Jadi rileks sajalah. Bongkar ini semuanya, lawan mitos itu, sambil kita bernyanyi.
Dan ikhwah sekalian, kenapa saya ingin menggarisbawahi kata melawan mitos. Karena kemenangan itu pertama kali, jauh sebelum diumumkan oleh KPUD, kita umumkan dulu dalam fikiran kita. Kita umumkan dulu dalam perasaan kita semuanya. Mindset-nya dulu kita rubah.
Sebab lawan itu, ikhwah sekalian, menjadi besar atau kecil tergantung cara kita mengkonsepsinya. Kalau kita menganggap mereka besar, dia besar. Tapi kalau kita menganggap mereka kecil, dia akan menjadi kecil. Jadi kalau kita anggap bahwa klaim Jawa Tengah ini basis fulan, fulan dan seterusnya itu adalah sebuah mitos, hilangkan pertama kali mitos itu dalam kepala kita. Dan begitu mitos itu hilang dari kepala kita, kita bersihkan hati kita dari mitos itu. Begitu itu hilang, insya Allah jalan kemenangan antum jadi lempeng. Clear. Kita buang itu mitos (dari kepala kita). Kita buang dari hati kita mitos itu. Tinggal kita tadi, siapa bilang? Ini basis fulan, mengapa PKS tidak punya hak untuk mengklaim bahwa ini juga bisa menjadi basis PKS? Datang kepadanya dan sampaikan salam cinta dari PKS. Dan seperti yang saya katakan, jika antum semua datang dan meniupkan nafas cinta kepada orang-orang itu, bunga-bunga yang ada di Jawa Tengah akan mekar, insya Allah.
Dan dengan demikian, ikhwah sekalian. Antum akan melakukan pekerjaan yang berat. Ini kata salah seorang pemikir China lama, namanya Lau Tze. Tahu, kan? Dia mengatakan, kalau kita bekerja dengan cara begini maka kita akan bekerja sambil menyanyi. Artinya apa, kita melakukan tugas-tugas berat dengan cara dan hati yang riang.
Dan jika kita tarik ini ikhwah sekalian, ke dalam akar nilai-nilai kita sebagai muslim, kita juga akan ketemu dengan hal yang sama. Tahukah antum semuanya apa karunia Allah swt kepada kaum muslimin sebelum perang Badr berlangsung? Tahu karunianya? Dikasih tidur.
Jadi malam hari keesokan pagi ketika perang Badr akan berlangsung, malam harinya hujan rintik-rintik turun, hawanya dingin, kaum muslimin dikasih tidur. Tidurnya nyenyak. Mereka tidak memikirkan bahaya yang akan mereka hadapi besok. Seakan-akan yang mereka hadapi besok ini adalah sebuah funny game. Permainan yang lucu. Bukan sebuah dangerous game. Dikasih tidur. Begitu mereka bangun pagi, mereka segar.
Orang-orang Quraisy tadi malam pesta pora. Makanya kurang tidur. Waktu mereka bangun pagi-pagi, mereka tidak segar. Nah begitu berhadapan, baru mereka sadar.
Ikhwah sekalian, karena itu kita juga percaya bahwa dengan cara menidurkan mereka itu Allah swt menanamkan persepsi kepada kaum muslimin bahwa musuh yang akan kamu lawan ini tidaklah sebesar yang kamu duga.
Jadi ikhwah sekalian, perbaiki saja persepsi kita tentang lawan kita itu. Seperti kita juga perlu memperbaiki persepsi tentang Jawa Tengah ini. Kalau antum terus mempersepsi bahwa ini basis orang lain, insya Allah selamanya akan jadi basis orang lain. Tapi kalau antum dari sekarang mengatakan: Bongkar, Bongkar, Bongkar! Ini mitos! Insya Allah ini akan menjadi basis antum semuanya. Siapa yang bisa melawan pasukan cinta? Siapa yang bisa melawan pasukan cinta? Insya Allah tidak akan ada yang bisa melawan pasukan cinta.
Kalau kata Kyai Budi tadi, semua orang kita ayomi, orang kelas bawah kita ayomi semuanya, tukang becak kita ayomi, dan apa lagi tadi ada… (bertanya ke Kyai Budi H) janda-janda kita ayomi juga. Semua kita ayomi. Itu yang kita sebut dengan pasukan cinta.
Dan insya Allah dengan cinta seperti itu ikhwah sekalian, kita akan datang menawarkan sebuah persahabatan, sebuah persaudaraan, kepada semua orang. Dan biarlah orang lupa bahwa ia dari ideologi fulan, ideologi kanan, ideologi kiri, dia dari ideologi tengah, itu tidak penting.
Cinta yang membuat kita bersatu, bersahabat, bersaudara. Biarkanlah dia dengan ideologinya, tetapi dia bersama kita.
Rebut dulu simpatinya, nanti belakangan pelan-pelan kita rubah cara berfikirnya. Kata ulama-ulama dakwah, kasbul qulubi muqoddamu ‘alaa kasbil uqul, merebut hati lebih kita prioritaskan daripada merebut fikiran. Janganlah dulu merebut fikiran orang. Sebarkan dulu cinta. Kalau semua orang sudah simpati, insya Allah dia akan lebih terbuka menerima fikiran-fikiran kita.
Begitu cintanya hilang, karena itu katanya Imam Syafi’i, cinta itu membuat orang kehilangan daya kritis di dalam dirinya. Begitu kita cinta kepada seseorang, bahkan yang jelek-jelek pun kita pandang bagus. Iya kan?
Oleh karena itu ikhwah sekalian, kalau antum ingin meniupkan nafas cinta kepada semua orang, saya membayangkan bahwa setiap antum semuanya akan membuat data, list, dari seluruh warga dan pemilih di Jawa Tengah ini, antum temui mereka semuanya satu persatu. Jabat tangannya baik-baik, lihat matanya baik-baik. Sebarkan nafas cinta melalui mata antum semuanya. Biar dia merasakan, dan rasakan dalam jabat tangan itu ada setrum cinta yang mengalir ke tangan mereka itu. Begitu setrum cinta itu mengalir ke tangan mereka, insya Allah, dia akan berubah dengan sendirinya. Dia akan berubah.
Jadi ikhwah sekalian, mengapa saya mengatakan bahwa kita harus mengubah permainan politik dari permainan yang berbahaya menjadi permainan orang dewasa yang lucu, karena politik sekarang ini menjauhkan orang dari dirinya sendiri. Itu sebabnya saya kira, konfigurasi Jawa Tengah ini dalam Pilgub ini adalah mengkonfigurasi yang paling lucu diantara pilkada-pilkada yang lain. Coba kita lihat calon kita itu, koalisi yang mendukungnya. Calonnya birokrat. Cagubnya birokrat, cawagubnya dari partai lain, tapi tidak didukung partainya. Didukung oleh partai yang berupa-rupa warnanya. Ada PKS, Gerindra, ada PKB, Hanura, PPP, PKNU dan seterusnya. Rupa-rupa warnanya dan tidak saling berhubungan dengan cagub dan cawagubnya. Nah ini pertemuan yang lucu.
Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa PKS tidak mengajukan kadernya? Saya tadi bicara dengan akh Fikri (Drs. H. A. Fikri Faqih – Ketua DPW Jateng) di mobil sebelum ke sini. Saya akan menjelaskan dalam kampanye deklarasi nanti. Tapi saya akan menjelaskan dulu kepada antum semuanya.
Dalam sistem demokrasi, partai politik itu mempunyai salah satu fungsi dasar sebagai school of leadership, sekolah kepemimpinan. Partai ini mesti merekrut orang, membinanya, menggodognya, melatihnya untuk menjadi pemimpin. Kalau dia sudah siap menjadi pemimpin, kita ekspor orang ini ke dalam sebuah lembaga yang kita sebut negara. Jadi user dari sekolah ini adalah negara.
Karena itu Umar bin Khattab mengatakan, ta’allamu qabla anta suudu, belajarlah sebelum kalian memimpin.
Nah ikhwah sekalian, kita kasih kesempatan kepada ikhwah untuk menetapkan siapa yang mau antum ajukan (dalam Pilgub) dari kader. Dan mereka mengatakan, tampaknya pada periode ini kita belum siap. OK. Karena kita juga mesti membuka dua kitab sekaligus. Satu kitab namanya kitab percaya diri, satu kitab lagi namanya tahu diri. Dua-duanya mesti kita baca secara obyektif. Iya kan? Tidak ada masalah. Jangan minder dengan keputusan itu. Itu tidak mencederai kita sebagai partai kader. Justru itu menunjukkan kedewasaan kita dalam menilai diri kita sendiri. Kita beri kesempatan kepada orang, dan waktu kita memberi kesempatan kepada orang kita bekerja full untuk mendukung orang itu. Semuanya siapapun yang nanti bekerja sama dengan PKS itu percaya, bahwa PKS adalah partai yang selalu memenuhi janji. Nanti tiba waktunya antum memimpin, insya Allah mereka juga akan mengatakan kalau antum berjanji dalam kampanye insya Allah pasti akan dipenuhi oleh kadidat PKS.
Nah ikhwah sekalian. Saya kira saya sudah menjelaskan mission imposible, yang sekarang ini menjadi tugas antum semuanya di Jawa Tengah. Dan saya tidak ingin mengatakan lagi kepada antum semuanya. No plan, no backup, no choice. Bongkar! Karena antum sudah tahu jalannya. Dan kata kuncinya cuma dua itu tadi. Yang pertama bongkar, yang kedua adalah permainan yang lucu. Funny game. Main-mainlah dengan cara ini. Dan insya Allah antum akan memenangkan pilkada Jawa Tengah.
Coba saya mau tanya dulu kepada antum semuanya. Kira-kira ikhwah sekalian, sebesar apa energi cinta yang ada di dalam diri antum, yang bisa antum tiupkan kepada setiap bunga yang ada di Jawa Tengah ini? Saya mau tanya dulu. Antum punya stok cinta yang banyak untuk bisa disebarkan di Jawa Tengah atau tidak? Banyak? Kurang yakin. Yakin? (massa: Yakin). Yakin? (massa: Yakin).Yakin? (massa: Yakin).Yakin? (massa: Yakin).Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
[Disampaikan Anis Matta di Semarang, 17-03-2013]
*http://pksjateng.or.id/index.php/read/news/detail/880/Anis-Matta-PKS-ingin-Bongkar-Mitos
Komentar
Posting Komentar