Cinta, Kerja, dan Harmoni
Cinta, Kerja, dan Harmoni
Cinta itu seperti arus dalam aliran listrik. Tidak berbentuk, tapi dayanya terasa. Lampu pun menyala karena aliran arus listrik itu.
Kerja adalah bukti cinta. Dua hal ini, cinta dan
kerja, seperti dua sisi mata uang. Cinta tanpa kerja : bohong. Kerja
tanpa cinta : ompong. Maka, buktikan cintamu dengan bekerja. Buat
gelegar kerjamu dengan cinta.
Kedua kata itu, akan lebih ‘cetar membahana’ dengan Harmoni.
Ia semacam guidance. Rambu-rambu. Karena segalanya, harus penuhi
kriteria : pertengahan. Pertengahan inilah yang dimaksud dengan harmoni.
Tidak berlebih-lebihan.
Maka, cinta yang menyejarah adalah cinta pertengahan. Sesuai dosis,
sesuai tujuan. Seberapa besar seharusnya kita mencintai Allah, RasulNya,
kaum mukminin juga umat manusia seluruhnya.
Begitupun dengan kerja. Bukan membabi buta. Bukan pula mengerjakan
semua. Tapi sesuai tupoksi yang diberikan. Jika Allah memerintahkan kita
maghrib tiga roka’at, misalnya, maka kerjakan sebanyak itu. Jangan
ditambah atau dikurangi. Dan, seterusnya.
Maka, Cinta, Kerja dan Harmoni
adalah sebuah sinergi padu. Bahwa semua yang kita lakukan, harus
berlandaskan cinta, berbukti kerja dan berjalan dalam harmoni.
Jika ini yang telah dilakukan, maka menang dan kalah bukan lagi soal angka. Tapi terletak pada seberapa kuatkah kita memeperjuangkan nilai.
Mari mencintai, Mari bekerja, Mari berharmoni.
Komentar
Posting Komentar