Jalan Panjang Nahdlatul Ulama (NU)
Jalan Panjang Nahdlatul Ulama (Bagian 1)
Pada awal berdirinya, NU menegaskan diri sebagai organisasi keagamaan.
Logo Resmi Nahdlatul Ulama - (Munas - Konbes 2012) |
Sejak berdiri pada 1926, Nahdlatul Ulama (NU) menjadi organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia.
Cikal bakal NU adalah sebuah organisasi pergerakan bernama Nahdlatul
Wathan yang berdiri pada 1916. Organisasi ini bertujuan menampung
pergerakan para santri dalam melawan kolonial.
Organisasi para santri ini pun terus berkembang hingga pada 1918 berdiri
Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran. Dalam
perkembangannya, organisasi kebangkitan santri tersebut mendirikan
Nahdlatul Tujjar. Tujuannya adalah memajukan perekonomian rakyat kecil.
Suatu kali, ketika paham pembaruan dari Arab Saudi merasuki Muslimin
nusantara, kalangan pesantren bergolak. Sebab, paham tersebut menganggap
tradisi pesantren seperti ziarah kubur adalah perkara bid'ah.
Paham tersebut diterima kaum Muslim modernis seperti Muhammadiyah dan
Serikat Islam, sementara kalangan pesantren tradisionalis menolak
mentah-mentah. Paham tersebut dianggap telah membatasi mazhab dan
menghancurkan warisan peradaban.
Atas penolakan tersebut, kalangan santri pun dikeluarkan dari anggota
Kongres Al-Islam pada 1925 di Yogyakarta. Mereka juga tidak
diikutsertakan dalam Kongres Islam Internasional Mu'tamar Alam Islami di
Makkah.
Akhirnya, kalangan pesantren membuat kelompok sendiri bernama Komite
Hejaz dengan ketua KH Wahab Hasbullah. Komite ini menyuarakan kebebasan
bermazhab.
Dari komite inilah kemudian muncul inisiatif dari para ulama pengasuh
pondok pesantren untuk membentuk NU pada 16 Rajab 1344 Hijriah atau 31
Januari 1926 di Surabaya.
Tokoh-tokoh pendiri NU, di antaranya, KH Hasyim Asy'ari dari Tebuireng,
Jombang, yang kemudian menjadi Rais NU pertama, KH Wahab Hasbullah dari
Surabaya, KH Bisri Syamsuri dari Denanyar Jombang, KH R Asnawi dari
Kudus, KH Ridwan asal Semarang, KH R Hambali dari Kudus, KH Nachrowi
dari Malang, KH Ndoro Muntaha asal Madura, serta KH Nawawi dari
Pasuruan.
Organisasi ini dinamakan Nahdlatul Ulama yang bermakna kebangkitan
ulama. Secara etimologis, Al-Nahdlah berarti kemampuan, kekuatan, atau
terobosan dalam mengupayakan kemajuan masyarakat.
Rozikin Daman dalam Membidik NU mengatakan, kehadiran NU saat itu
dipandang sebagai upaya untuk mewadahi, melembagakan, dan mengembangkan
langkah, kegiatan serta gerakan para ulama yang telah dilakukan
sebelumnya. Para ulama pesantren yang tergabung di NU secara umum
memiliki kesamaan pandangan dan tradisi agama berlandaskan Ahlussunnah
wal Jamaah.
Selain itu, pendirian NU sebagai Jam'iyah Diniyah atau organisasi
keagamaan, menurut Daman, hadir melengkapi organisasi sosial kebangsaan
dan organisasi sosial keagamaan, seperti Boedi Utomo, Serikat Islam, dan
Muhammadiyah. (Afriza Hanifa)
Link: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/04/12/n3wj5l-jalan-panjang-nahdlatul-ulama-1
Jalan Panjang Nahdlatul Ulama (Bagian 2)
Logo Resmi Nahdlatul Ulama - (Munas - Konbes 2012) |
Khitah Nahdlatul Ulama
Pada awal pembentukan NU, KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar (pemimpin
NU yang pertama)merumuskan dua kitab sebagai prinsip dasar organisasi,
yakni kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) dan kitab I'tiqad Ahlussunnah
wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khitah NU, yang
dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik.
Perubahan jati diri NU sangat terasa sejak NU mulai berkiprah di dunia
politik. NU yang sebelumnya merupakan Jam'iyah Diniyah berubah menjadi
organisasi politik. Para santri tiba-tiba menjadi aktor politik
praktis.
Pada 1952, untuk pertama kalinya organisasi ini memisahkan diri dari
Masyumi dan membentuk partai sendiri. Berhasil, pada pemilu 1955 mereka
meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Kemudian pada 1973, NU
berfusi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pada 1984, di ajang Muktamar Situbondo, NU menyatakan kembali ke khitah.
Mereka pun meninggalkan politik praktis dan kembali ke jati diri awal
pendirian.
Meski telah kembali ke khitah, warga NU tetap membentuk partai, yakni
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pascareformasi 1998. Partai ini berhasil
mengantarkan Abdurrahman Wahid (Gusdur) menuju kursi presiden pada
1999.
Kendati demikian, NU mengaku berlepas diri dari partai. Sekalipun
terdapat partai maka partai tersebut bukanlah dari organisasi dan bukan
pula wakil masyarakat NU atau nahdliyin. “Ada partai yang dibentuk NU,
PKB. Tapi, itu bukan sayap NU. Tidak bisa paksa warga NU untuk ke PKB,”
ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Kiprah Nahdlatul Ulama (NU)
Sebagai salah satu organisasi tua di Indonesia, kiprah NU tentu tidaklah
sedikit. Selain memperjuangkan kebebasan mazhab seperti dalam sejarah
pembentukannya, NU juga menjadi pewaris Wali Songo dalam gerakan
pribumisasi Islam.
NU-lah organisasi yang paling vokal dalam gerakan Islam kultural dan
masyarakat madani di Indonesia. Saat berpolitik pun, NU telah mewakili
Muslimin ke ranah pemerintahan. Pada era kemerdekaan, NU pun mendukung
negara dan simbolismenya seperti Pancasila.
KH Syafi'i Maarif dalam pengantar buku Membidik NU mengatakan, NU yang
diidentifikasi sebagai organisasi sayap tradisional Islam dengan basis
masyarakat pesantren dan pedesaan telah memberikan sumbangan pada
perkembangan budaya dan peradaban Islam Indonesia. (Afriza Hanifa)
Post: ROL
Link: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/04/12/n3wjtn-jalan-panjang-nahdlatul-ulama-2
Jalan Panjang Nahdlatul Ulama (Bagian 3)
Logo Resmi Nahdlatul Ulama |
NU memberikan nuansa tersendiri dalam kehidupan masyarakat Islam di Indonesia. Dalam berpolitik, NU pun sering kali menampilkan manuver-manuver politik berbeda.
Meski status organisasi awal hanya bergerak di ranah agama, NU dalam
perjalanannya pun berkiprah di bidang pendidikan dan ekonomi. NU pun
memiliki beberapa lembaga yang fokus di bidang tertentu.
Sebut saja, misalnya, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Lembaga
Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (LP Maarif NU), Rabithah Ma'ahid
Islamiyah Nahdlatul Ulama (Asosiasi Pesantren Indonesia), Lembaga
Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Lembaga Pengembangan Pertanian
Nahdlatul Ulama (LPPNU), Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
Nahdlatul Ulama (LAZISNU), dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU).
NU juga memiliki beberapa lajnah untuk menangani masalah-masalah khusus
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 87 tahun. Suatu rentang perjalanan
yang panjang untuk sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas). Banyak
kiprah dan pencapaian yang telah digapai, namun banyak pula tantangan
yang mengadang di depan.
NU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini didirikan
pada 16 Rajab 1344/31 Januari 1926. Ada tiga sesepuh NU yang berperan
penting dalam pengembangan awal NU sampai organisasi ini mendapat
pengakuan resmi dari Hindia Belanda pada 6 Februari 1930. Tiga sesepuh
itu adalah:
- KH Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971)
- KH Muhammad Hasyim Asy'ari (1871-1947)
- KH Bisri Syansuri (1886-1980)
Sebagai Rais Akbar (pemimpin NU yang pertama), KH Hasyim Asy'ari merumuskan dua kitab:
- Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar).
- Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang
dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik. (Afriza Hanifa)
Post: ROL
Link: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/04/12/n3wk0c-jalan-panjang-nahdlatul-ulama-3
Jalan Panjang Nahdlatul Ulama (Bagian 4)
Logo Nahdlatul Ulama |
Paham Keagamaan Nahdlatul Ulama
NU menganut paham Ahlussunah Wal Jamaah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara kaum ekstrem aqli (rasionalis) dan kaum
ekstrem naqli (skripturalis).
Dalam bidang fikih, NU mengikuti empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi'i,
dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode
al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf
dan syariat.
Basis Pendukung Nahdlatul Ulama
Jumlah warga NU diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang. Mereka
berasal dari beragam profesi. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup
kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan
cagar budaya NU.
Sejalan dengan derap pembangunan dan perkembangan industrialisasi, basis
massa NU mengalami pergeseran. Jika selama ini, basis NU lebih kuat di
sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini basis NU juga cukup dominan
di sektor perburuhan di perkotaan. Basis intelektual NU juga kian
meluas.
Jaringan Nahdlatul Ulama
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
- 31 Pengurus Wilayah
- 339 Pengurus Cabang
- 12 Pengurus Cabang Istimewa
- 2.630 Majelis Wakil Cabang
- 37.125 Pengurus Ranting
Badan Otonom Nahdlatul Ulama
Badan Otonom adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi melaksanakan
kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Ada dua
jenis badan otonom, yakni badan otonom berbasis usia dan kelompok
masyarakat tertentu, serta badan otonom berbasis profesi dan kekhususan
lainnya.
Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu:
- Muslimat NU, untuk anggota perempuan NU.
- Fatayat NU, untuk anggota perempuan muda NU berusia maksimal 40 tahun.
- Gerakan Pemuda Ansor NU, untuk anggota laki-laki muda NU berusia maksimal 40 tahun.
- Ikatan Pelajar NU (IPNU), untuk pelajar dan santri laki-laki NU berusia maksimal 30 tahun.
- Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), untuk pelajar dan santri perempuan NU berusia maksimal 30 tahun. (Afriza Hanifa)
Link: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/04/12/n3wk6s-jalan-panjang-nahdlatul-ulama-4
Sumber :
http://www.rmi-nu.or.id/2014/04/jalan-panjang-nahdlatul-ulama-bagian-1.html
Komentar
Posting Komentar