"Minta Saran, Jangan Minta Uang" | Dari : Semua Saudara
Meminta uang dari orang lain sangatlah sulit, jadi putuskan untuk memperoleh semua pendanaan yang Anda perlukan tanpa memintanya. Jangan ketawa. Saya pernah melakukannya, seorang sahabat saya pernah melakukannya dan saya yakin Anda juga pasti bisa.
Inilah yang sahabat saya lakukan.
Seorang sahabat saya, sebutlah namanya Nanang, menemukan sebuah
penawaran Investasi Properti yang luar biasa. Ia melakukan hitungan –
hitungannya. Ia periksa lagi dan periksa sekali lagi. Ia tahu ini sangat
menguntungkan. Akan tetapi, ia perlu 3 Milyar untuk mewujudkan
rencananya. Ia tidak punya 3 Milyar waktu itu, mendekati 3 Milyar pun
tidak. Jadi, ia tawarkan ide-nya tersebut ke sejumlah bank dan yang ia
dapatkan adalah penolakan.
Lalu ia datang menemui saya, terus
terang saya pun bingung. Saya akui ide-nya tentang bisnis properti
tersebut luar biasa dan sangat profitable namun membutuhkan pendanaan
yang cukup besar. Saya kemudian teringat sebuah pepatah, saya bilang
sama dia. “Nang, tidak ada orang gagal, yang ada orang berhenti mencoba.
Yang diperlukan hanyalah merubah strateginya”, demikian kata saya
kepadanya. Kata-kata itu meluncur begitu saja karena saya ingin ia tetap
bersemangat. Apa yang terjadi, sahabat saya tersebut betul-betul
merubah strateginya.
Ia putuskan pergi ke Bank lagi dan kali
ini tidak meminta uang. Ia putuskan meminta saran saja. Ia biarkan
ide-nya yang berbicara. Ia kenakan pakaian yang sangat rapih, pinjam
mobil mewah dan menemui kepala cabang sebuah bank setempat.
“Pak Kepala Cabang”, kata dia, ”Saya
tahu Anda sangat sibuk sekali, tapi saya perlu sedikit waktu Anda. Saya
tidak ingin uang, tapi sangat menginginkan saran Anda sebagai seorang
Kepala Cabang berpengalaman”, demikian kata sahabat saya. Percayalah,
orang sulit menolak ketika dimintai saran.
“Tidak apa – apa”, jawabnya Kepala Cabang, “Saran apa yang Anda perlukan?”
Bagian pertama rencana sahabat saya
berhasil. Ia berhasil mendapatkan perhatian si Bankir. Selanjutnya, ia
tunjukkan rencana yang ia buat kepada Kepala Cabang tersebut.
“Saya baru mulai tapi rasanya saya
menemukan sesuatu yang sangat menguntungkan. Coba Anda cermati
angka–angka ini dan katakan pendapat Anda”, demikian kata sahabat saya
tersebut.
Sementara Kepala Cabang tersebut membaca
rencana yang ia berikan, ia jelaskan bahwa tujuannya adalah membangun
rumah murah. Ia tujukkan padanya beberapa foto kondisi properti tersebut
sekarang dan kondisi kelak setelah ia membenahinya. Ingat, ia hanya
minta saran, bukan uang.
Kepala Cabang menaruh rencana tersebut dan memohon diri sebentar. “Sebentar,” katanya.
Sepuluh menit kemudian, Kepala Cabang
itu kembali bersama sejumlah anak buahnya, yang memperkenalkan diri
sebagai Kepala Kredit Komersial, Kepala Kredit Perumahan, dan beberapa
Staf Keuangan.
“Bapak Nanang ini punya rencana bisnis yang hebat”, kata Kepala Cabang. “Bisakah kita menyediakan pendanaan untuknya?”
Wow, fantastik. Tapi kisah ini tidak
berahir di situ. Walaupun Bank sudah antusias, ia tidak begitu saja
menerima tawaran yang justru sekarang datang dari pihak Bank. Ia
berterima kasih kepada para Bankir tersebut dengan sopan, menggulung
kembali kertas rencana, foto, dan gambar–gambar indahnya, serta berkata,
“Terima kasih. Saya akan pikirkan kembali selama beberapa hari.”
Kemudian, sahabat saya tersebut pergi ke Bank pesaing di seberang jalan. Ia minta bertemu Kepala Cabang, dan inilah katanya:
“Selamat siang, Pak Kepala Cabang, saya
perlu saran Anda. Bank XYZ di seberang jalan menawarkan pendanaan bagi
proyek properti saya senilai 3 Milyar, tapi saya ragu untuk menerimanya.
Saya perlu pendapat Anda”. Itulah persisnya yang ia lakukan. Tak perlu
waktu lama bagi Kepala Cabang Bank yang kedua untuk menawarkan pendanaan
kepadanya, dan dengan bunga yang lebih baik.
Tunggu. Kisah bernilai 3 Milyar ini
belum usai. Ia kembali lagi ke bank pertama. “Pak Kepala Cabang,
sekarang saya benar – benar kesulitan dan perlu bantuan Anda”, demikian
ia katakan. “Bank ABC seberang jalan baru saja menawarkan pendanaan bagi
proyek ini. Seperti ini tawaran mereka. Menurut Anda, apa yang harus
saya lakukan?” Tidak perlu berpikir. Kepala Cabang Bank pertama tak
hanya menyamai tawaran manajer bank kedua; ia bahkan mengalahkannya. Ia
memperoleh pendanaan tersebut. Sekarang, perumahan tersebut sudah
berdiri dengan nama Meninting Garden/Regency (saya lupa namanya) di
Lombok, sudah habis terjual dan kerjasama bank tersebut dengan sahabat
saya berlangsung terus hingga kini.
Kisah ini bukan hanya tentang
mengumpulkan uang. Inilah salah satu ilustrasi terbaik saya tentang
dahsyatnya menjungkirbalikkan cara berpikir Anda. Ketika menceritakan
kisah ini dalam seminar – seminar saya, saya sering ditantang oleh
peserta yang merasa sangat gusar. Berikut contoh komentar mereka:
“Kenapa tidak bicara langsung saja kepada bank pertama dan mengajukkan
kredit? Tidakkah sebaiknya Anda langsung menerima tawaran kredit yang
pertama dan tidak membahayakan hubungan Anda dengan pergi ke bank
pesaing? Mengapa Anda perlu penawarankredit kedua? Tidakkah Anda
khawatir kedua bank tersebut tersinggung dan sama sekali tidak mau
memberikan kredit mereka?”
Jawaban saya sederhana: Jangan jadi
seorang orang pinter, Jadilah seorang bodoh yang kaya, yang berpikir
terbalik. Apa risko terburuknya? Posisi saya sama seperti ketika mulai –
mencari pinjaman. Apa yang terjadi? Saya tidak hanya menemukan satu,
tapi dua pemain besar sekaligus yang mau mendanai usaha saya.
Berhentilah merasa takut. Berhentilah
mengikuti aturan yang tidak juga membuat Anda kaya. Mulailah
mengembangkan kehidupan Anda dengan memperluas jejaring kontak,
informasi, dan potensi Anda. Maju terus. Ambil risiko. Bertindaklah
lebih berani. Jadilah seorang Bodoh Yang Kaya.
Sumber :
http://www.semuasaudara.com/minta-saran-jangan-minta-uang/
Komentar
Posting Komentar